Senin, 21 Agustus 2017

Meningkatkan Tingkat Literasi Siswa Melalui Perpustakaan Sekolah

Meningkatkan Tingkat Literasi Siswa Melalui Perpustakaan Sekolah
Oleh : Arsidi Email:arsidi.sip@gmail.com 1. Pendahuluan Kita semua menyadari bahwa kemajuan suatu bangsa amat bergantung pada kualitas sumber daya manusianya. Demikian pula dalam upaya mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkualitas tinggi tidak bisa lepas dari pendidikan. Kegiatan memajukan pendidikan di Indonesia telah dilakukan antara lain melalui peningkatan pendidikan yang diwujudkan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 1 menyebutkan, bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mampu mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Perpustakaan sebagai salah satu sarana dalam menunjang proses belajar dan mengajar di sekolah pada era seperti sekarang ini bukanlah merupakan unit kerja yang hanya menyediakan buku bacaan untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi murid, tetapi juga dituntut menjadi bagian yang integral dalam proses pembelajaran. Artinya, penyelenggaraan perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi dan misi sekolah dalampengadaan bahan bacaan bermutu yang sesuai kurikulum, menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan bidang studi, dan kegiatan penunjang lain, misalnya berkaitan dengan peristiwa penting yang diperingati di sekolah. Selain itu perpustakaan harus mampu menjembatani siswa menemukan kebutuhan informasi dan dan pengetahuan serta meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada Era informasi seperti sekarang ini. 2. Kendala-kendala Dalam upaya meningkatkan literasi siswa melaui perpustakaan tentunya ada banyak hal yang harus dipersiapkan dan dilakukan, terlebih di era informasi seperti sekarang ini, dibutuhkan SDM Pustakawan yang handal, fasilitas yang lengkap, sarana teknologi yang memadai dan kebijakan yang berpihak terhadap pengembangan perpustakaan sekolah. Berdasarkan sharing dan pendapat dari teman-teman pustakawan sekolah yang penulis temui di berbagai forum diskusi dan seminar maupun pelatihan, ada banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi. Berbagai permasalahan dan kendala terkait dengan pengembangan perpustakaan sekolah dapatpenulis rangkum sebagai berikut : 1. Peran Perpustakaan di sekolah belum maksimal 2. Penganggaran atau pendanaan belum sesuai aturan 3. Kebijakan Pimpinan yang kurang berpihak 4. Kewenangan tenaga perpustakaan/pustakawan dibatasi 5. Kompetensi tenaga perpustakaan sekolah yang kurang 6. Promosi dan sosialisasi perpustakaan yang lemah 7. Program perpustakaan yang kurang menarik bagi siswa 8. Minat baca yang belum tinggi 9. Kurangnya kerjasama yang baik antara guru dan tenaga perpustakaan sekolah 10. Belum terselenggarakannya program pendidikan pemakai/library skill/literasi Informasi 11. Sosial networking Tenaga Perpustakaan sekolah masih rendah 12. Kurangnya Pemahaman Pustakawan terhadap Literasi Informasi 13. Kegemaran siswa nge”game” di HP Android, Internet yang berlebihan menyebabkan rendahnya minat baca buku 14. Pembelajaran di sekolah belum banyak melatih keterampilan siswa di Perpustakaan dan Perpustakaan belum dimaksimalkan untuk proses pembelajaran. Masih banyak lagi sebenarnya kendala yang dihadapi oleh teman-teman tenaga perpustakaan sekolah lainnya, namun saya membatasi dari beberapa aspek yang menyangkut tema makalah ini yaitu Bagaimana Perpustakaan dapat meningkatkan keterampilan siswa? 3. Kondisi Perpustakaan Sekolah Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka. Sebagai sebuah institusi, keberadaan perpustakaan di sekolah sudah seharusnya menjadi tempat mencari segala sumber informasi, menumbuhkan minat dan budaya baca, membantu meningkatkanmotivasi belajar, mendorong kebiasaan siswa belajar mandiri, dan tempat rekreasi dan tempat hiburan yang sehat. Pernyataan ini cukup beralasan karena perpustakaan sekolah berfungsi sebagai sarana edukatif, informatif, riset, dan rekreatif bagi komunitas sekolah. Namun fungsi ini belum berjalan sebagai-mana yang diharapkan karena tidak semua sekolah mempunyai perpustakaan, sementara sekolah yang mempunyai perpustakaan juga belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan tersebut. Dari pernyataan di atas dapat digaris bawahi bahwa keadaan perpustakaan sekolah masih belum berkembang dan memerlukan penanganan segera. Perpustakaan ada karena institusi ini dibutuhkan oleh pencari informasi/pemustaka. Informasi dalam hal ini meliputi produk intelektual dan artistik manusia baik tercetak maupun dalam bentuk elektronik. Di dorong oleh kebutuhan informasi (information needs) oleh pemustaka, di mana mereka menginginkan hasil penelusuran secara cepat, tepat, dan mudah. Maka perpustakaan sebagai institusi yang bergerak dalam bidang ilmu pengetahuan dan informasi harus adaptif dan berubah seirama dengan perkembangan pemikiran dan kultur masyarakat pencari informasi tersebut. Kebutuhan akan informasi ini meliputi pencarian (seeking), penemuan (searching), dan pemanfaatan (using), istilah ini lebih dikenal dengan konsep “perilaku informasi” atau information behavior. Di sini jelas bahwa seseorang berperilaku karena terdorong oleh kebutuhan. Asumsi ini menjadi pondasi dari apa yang kita kenal dengan user-orientedparadigm yang bermuara pada user studies. Namun yang terjadi di sekolah-sekolah perpustakaan dilayankan apa adanya tanpa ada perbaikan yang berarti oleh sekolah, sehingga yang terjadi peran perpustakaan belum dapat dirasakan oleh siswa dalam menunjang pembelajaran. Terlebih perpustakaan sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah ini sangat diperlukan terutama untuk membantu keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah. Tugas utama perpustakaan jenis ini adalah menunjang kurikulum, sehingga bahan-bahan pustaka harus dikaitkan dengan kurikulum sekolah. Hal ini sesuai dengan UU RI No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan pada pasal 23 ayat 1, yaitu setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional pendidikan, dan ayat 3 yang berbunyi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki koleksi lain yang mendukung pelaksanaan kurikulum pendidikan. 4. Literasi Siswa Pada era Teknologi dan Informasi seperti sekarang ini dibutuhkan keterampilan dan kecakapan hidup yang lebih baik. Sehingga seorang siswa dituntut untuk memiliki bekal yang cukup dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 yang sebenarnya mengacu pada kurikulum pembelajaran Abad 21 yang memiliki karakteristik yang baik dalam rangka meningkatkan keterampilan hidup siswa dalam menghadapi permasalahan hidupnya di Abad ini. Adapun keterampilan literasi yang diperlukan siswa pada Abad 21merujuk dari berbagai sumber adalah : 1. Fokus pada peningkatan penguasaan akademik. Penguasaan akademik diintegrasikan pada isu global; Literasi finansial, ekonomi, dan kewirausahaan; literasi kewarganegaraan dan budaya; literasi kesehatan, dan literasi lingkungan. 2. Meningkatkan keterampilan belajar dan berinovasi Hal tersebut diakui sebagai sesuatu yang menentukan tingkat kesiapan siswa menghadapi kehidupan dan lingkungan pekerjaan yang semakin kompleks di abad 21. Kondisi ini dihadapi oleh siswa yang disiapkan maupun yang tidak disiapkan. Fokus penyiapan adalah meningkatkan keterampilan esensial yaitu meningkatkan kreativitas-inovasi, berpikir kritis-pemecahan masalah, berkomunikasi-berkoloborasi untuk masa depannya. 3. Keterampilan mendayagunakan informasi, media, dan teknologi informasi komunikasi (TIK). Umat manusia abad ke-21 tinggal dalam genangan lingkungan media dan teknologi sehingga membentuk karakteristik khas, termasuk: 1) memiliki akses ke banyak informasi, 2) beradaptasi padaperubahan perangkatteknologi yang berubah cepat,dan 3) kemampuan berkolaborasi serta mengembangkan kontribusi individu pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Agar hidupnya efektif di abad 21, maka orang harus menunjukkan kecakapan fungsional dan berpikir kritis terhadap informasi, media dan teknologi. 4. Hidup dan Berketerampilan Karir Lingkungan kehidupan yang kompleks, dunia kerja yang semakin kompetitif di era informasi global mengharuskan siswa untuk lebih memperhatikan pengembangan kemampuan hidupnya dan keterampilan berkarir. Siswa memiliki kecakapan mengembangkan daya fleksibilitas dan daya adaptasi terhadap perubahan yang cepat. Keterampilan literasi abad ke-21 yang siswa asah harus bersifat interdisipliner, terintegrasi, berbasis proyek, hingga mengaplikasikan keterampilan terbaik untuk bertahan hidup. Tony Wagner dalam bukunya Global Achievement Gap menyatakan bahwa ada 7 keterampilan utama yang wajib siswa kuasai agar bertahan hidup dan beradaptasi dengan perubahan, yaitu: 1. Terampil berpikir kritis dan memecahkan masalah. 2. Kolaborasi berbasis jaringan dan memimpin dengan pengaruh. 3. Mampu mengubah arah dan bergerak secara cepat dan efektif dan beradaptasi. 4. Memiliki daya inisiatif dan berkewirausahaan 5. Bicara dan memiliki kemampuan menulis secara efektif. 6. Mengakses dan menganalisis informasi. 7. Bersikap selalu ingin tahu dan berimajinasi 5. Program Perpustakaan Kedepan Untuk mengembangkan sejumlah keterampilan itu, maka perpustakaan sekolah perlu mengantisipasi berbagai langkah program dan kegiatan yang relevan dengan kebutuhan pengembangan siswa, meningkatkan pengetahuan siswa dan keterampilan guru, dan memfasilitasi proses pembelajaran agar sekolah dapat memastikan bahwa target mutu yang diharapkannya terwujud. Adapun program yang dapat dilaksanakan oleh perpustakaan sekolah pada era informasi dan teknologi seperti sekarang ini diantaranya adalah : 1. Program Library Skills, meliputi pengenalan perpustakaan dan bagaimana mengakses perpustakaan beserta cara penggunaan material yang ada di perpustakaan, program ini adalah pengembangan dari program pendidikan pemakai 2. Program Information Literacy, Program ini belum banyak dilakukan oleh perpustakaan sekolah, walaupun dalam standar nasioanal perpustakaan maupun dalam pedoman penilaian kepala perpustakaan sekolah sudah banyak disebutkan, namun dalam kenyataannya belum dilakukan, padahal jika kita menengok Negara maju seperti di Amerika, Australia, Inggris, di sekolah-sekolah sudah diajarkan literasi informasi oleh seorang teacher librarian. 3. Program Technological Skills , sebuah program yang memfasilitasi para siswa untuk memanfaatkan teknologi untuk medukung belajar dan penggunaan sarana teknologi yang ada.contohnya membuat pembelajaran dengan menggunakan fasilitas game dengan internet/computer. 4. Program Information Skills, sebuah program yang mengajarkan kepada siswa bagaimana mengakses informasi yang mendukung kebutuhan informasi. 5. Program membuat Komunitas Pecinta perpustakaan, Magang di perpustakaan, Pustakawan kecil untuk anak SD, yaitu sebuah program pendekatan minat baca melalui siswa dengan berbagai kegiatan. 6. Program Teacher-Librarian, sebuah program mendidik pustakawan memiliki kemampuan mengajar, atau sebaliknya mendidik guru memiliki keterampilan perpustakaan. Walaupun ini belum diakui di Indonesia, namun profesi ini di Negara tetangga kita sudah berjalan puluhan tahun yang lalu. Masih banyak program lain yang penulis yakin beberapa perpustakaan sudah melakukannya (contohnya Program minat baca, Gerakan Literasi Sekolah (GLS), jumpa penulis, bedah buku, lomba menulis cerpen, pelatihan menulis, pembuatan mading, gerakan membaca, dll), yang prinsipnya program tersebut dapat meningkatkan ketrampilan siswa menghadapi abad 21 yang semakin maju dari sisi ilmu pengetahuan dan teknologi. 6. Penutup a. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah penulis sampaikan tersebut maka dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Perpustakaan sebagai sumber informasi di sekolah memiliki peran yang penting dalam menunjang kegiatan belajar mengajar terlebih diberlakukannya kurikulum 2013 dan diberlakukan Gerakan Literasi Sekolah. 2. Keberadaan perpustakaan sekolah seharusnya menjadi tempat mencari sumber informasi, menumbuhkan minat baca, membantu menggairahkan semangat belajar, mendorong membiasakan siswa belajar mandiri, dan memberi hiburan yang sehat dengan berkolaborasi dengan guru untuk proses pembelajaran. 3. Perpustakaan sekolah yang ideal harus mengacu kepada standar sarana dan prasarana, serta standar nasional perpustakaan yang telah dibuat oleh pemerintah. 4. Alternatif upaya pemecahan problematika perpustakaan sekolah yaitu dengan memberdayakan unsur-unsur manajemen yang ada pada lembaga sekolah. Agar efektif dan efisien, pengaturan staf (staffing),pengarahan (directing), dan pengendalian dalam mencapai tujuan perpustakaan sekolah, harus mengacu kepada fungsi manajemen yang mencakup perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), evaluasi(controlling). Dengan pengelolaan manajemen perpustakaan yang baik akan dapat menarik perhatian warga sekolah, sehingga mereka senang berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan sekolah sehingga keterampilan para siswa akan meningkat. b. Saran Untuk menutup tulisan ini saran yang dapat penulis kemukakan dalam rangka mencari pemecahan dari problematika perpustakaan sekolah agar dapat meningkatkan keterampilan siswa adalah : 1. Pemerintah wajib memperhatikan perpustakaan di setiap sekolah sesuai dengan standar pedoman dan peraturan yang ada, termasuk didalamnya menempatkan tenaga perpustakaan/pustakawan profesional yang sesuai dengan standar tenaga perpustakaan sekolah /madrasah sesuai Permendiknas No. 25 tahun 2008. 2. Perlu adanya kebijakan dari kepala sekolah, komite sekolah, kepala dinas, dan pemda untuk memajukan perpustakaan sekolah, termasuk dalam pendanaan/penganggaran yang sudah ditegaskan dalam UU Perpustakaan No. 43 Tahun 2007. 3. Perlu ada koordinasi dan kerjasama antara tenaga perpustakaan/pustakawan dan guru serta warga sekolah yang lain untuk meningkatkan pemanfaatan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar dan pusat pengetahuan yang menyenangkan. 4. Perlu kepedulian dan partisipasi dari warga sekolah untuk memajukan perpustakaan sekolah. 5. Kepala perpustakaan dan tenaga perpustakaan/pustakawan perlu membuat program pengembangan SDM untuk meningkatkan kompetensinya. 6. Guru dan tenaga kependidikan lainnya hendaknya mengarahkan peserta didik untuk lebih memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar untuk memperoleh informasi yang mereka inginkan. 7. Kepala perpustakaan dan Tenaga Perpustakaan/pustakawan seharusnya selalu menempuh beberapa jalan agar koleksi bertambah misalnya dengan pengajuan ke beberpa lembaga donator buku, sponsor, dll. Demikian beberapa hal yang dapat penulis simpulkan dalam makalah ini, besar harapan bahwa perpustakaan sekolah di Indonesia, khususnya di Yogyakarta menjadi perpustakaan yang mampu berperan secara maksimal dalam menunjang proses pembelajaran dan proses secara aktif melakukan pembinaan terhadap siswa agar menjadi siswa yang memiliki kecakapan dan keterampilan hidup sehingga akan mudah dalam menghadapi kemajuan hidup yang semakin banyak tantangan. DAFTAR PUSTAKA ATPUSI, 2013. Rekomendasi Konerensi Internasional Tenaga Perpustakaan Sekolah, diakses dari http://atpusi.or.id Depdiknas. 2008. Permendiknas No. 25 tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah /Madrasah. Marmoah, Sri. 2009. Problematika Perpustakaan Sekolah Pada Pendidikan Dasar. Jurnal Tenaga Kependidikan, Vol. 4, No. 1, hlm. 68-71. Putubuku. Informasi : dibutuhkan, diinginkan, diperlukan.